Perkembangan remaja masjid di Indonesia diawali pada
dekade tahun 1970-an, dimana waktu itu remaja masjid tumbuh bak jamur di musim
hujan. Hal ini dilatarbelakangi oleh:
1.
Trend SANTRINISASI masyarakat ABANGAN pasca
Pembubaran PKI tahun 1966.
2.
Meluasnya isu UKHUWAH ISLAMIYAH menjelang
abad 14 Hijriyah.
3.
Pemberlakuan NKK-BKK Pasca Kerusuhan MALARI
1974, pada waktu itu muncul Jargon “BACK TO MOSQUE “ di kalangan aktifis kampus
dan ormas kepemudaan Islam.
Fenomena
berkembangnya remaja masjid menimbulkan tren keagamaan baru. Hal ini didukung
dengan adanya menipisnya ikatan primordial sebagai ekses kebijakan Politik Orde
Baru, sehingga memunculkan kecenderungan menyembunyikan identitas Golongannya.
Bahkan dibeberapa basis NU dan Muhammadiyah; berdasar penelitian LITBANG DEPAG
RI 1980, orang Islam di tempat tersebut mulai berpendangan “Ora sah NU-NU-an ora sah
Muhammadiyah-Muhammadiyah-an sing penting NGAJI!”
Aksi massa DPW BKPRMI DIY, di Jalan Malioboro 25 Maret 2012
Kompensasi menipisnya ikatan primordial
tersebut memunculkan organisasi-organisasi keagaman baru yaitu Remaja Masjid,
Majelis-majelis Taklim, Yayasan-yayasan Islam, Lembaga Dakwah, Islamic Center, dlsb. Dampak lainnya adalah munculnya
organisasi masjid kampus. Hal ini didorong oleh naluri bergiat memikirkan
masyarakat dan bangsa para aktivis mahasiswa yang disalurkan melalui wadah
masjid yang ada di kampus.
Akhirnya muncul organisasi masjid
kampus, seperti KARISMA (Masjid Salman Al-Farisi ITB), ARHA (Arif Rahman
Hakim–UI), Al Ghifari IPB-Bogor, UGM Jamaah Shalahuddin (karena belum punya
masjid di Gelanggang Mahasiswa), dlsb.
Ide-ide cerdas untuk memperbaharui dan
mengembangkan kegiatan masjid yang dilakukan para aktivis masjid kampus menjadi
pendorong para aktivis kepemudaan di luar kampus, sehingga muncullah RISMA-RISMA
(remaja Islam masjid) mulai dari kota sampai ke desa-desa. Seperti RISKA (Remaja
Islam Masjid Sunda Kelapa-Menteng, Jakarta); Istiqomah (Citarum, Bandung); YISC
Al-Azhar Kebayoran, Jakarta; RISMA Al-Falah, Surabaya, dll.
Sebelum dekade tahun 1970-an tersebut, masjid-masjid
hanya berisi orang orang yang sudah tua. Koor
batuk-batuk menjadi ciri suasana masjid kala itu, Masjid hanya sebatas tempat
parkir Sholat.
Setelah para Pemuda–Remaja berkiprah
mucullah suasana semarak di masjid-masjid, dan tumbuhlah kreatifitas dalam
memakmurkan masjid. Muncullah keinginan memfungsikan masjid sebagai pusat
kegiatan masyarakat sebagaimana pada Zaman Rasulullah Saw di Madinah.
0 komentar:
Posting Komentar